Sumbu Filsafat Jogjakarta Masuk Warisan Dunia UNESCO

Sumber: tribunjogja.com

Sumbu Filsafat Jogjakarta telah ditetapkan sebagai situs Warisan Dunia oleh United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO).

Pencapaian luar biasa ini, yang dideklarasikan pada Sidang Komite Warisan Dunia ke-45 di Riyadh, Arab Saudi, pada tanggal 18 September 2023, merupakan bukti kekayaan warisan budaya Indonesia dan signifikansinya yang abadi.

Sumbu Filsafat Jogjakarta, mercusuar budaya dan filsafat Jawa, diterima secara bulat sebagai situs Warisan Budaya Dunia, sesuai dengan dokumen penunjukan WHC 2345.COM 8B.

Baca: Pelestarian Harta Karun Tenun Bali

Keputusan yang cepat dan tanpa hambatan ini merupakan kejutan yang menyenangkan, terutama mengingat proses yang seringkali panjang dan kontroversial yang dialami oleh nominasi lainnya.

Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono mengungkapkan rasa lega dan terima kasihnya, dan menyatakan bahwa keputusan tersebut diambil dengan cepat dibandingkan dengan perdebatan panjang yang biasanya terlihat dalam sesi-sesi tersebut.

Gelar bergengsi ini bukan sekedar label melainkan pengakuan atas filosofi Hamemayu Hayuning Bawana yang telah mendarah daging, yang telah menjadi bagian dari Sumba Filsafat Jogjakarta sejak awal berdirinya.

Filosofi ini, yang berarti mempercantik keindahan dunia, selaras dengan visi pembangunan berkelanjutan UNESCO yang lebih luas.

Menariknya, filosofi ini sudah ada sejak tahun 1755, sebelum konsep pembangunan berkelanjutan dipopulerkan pada tahun 1990an.

Duta Besar Indonesia untuk Kerajaan Arab Saudi, Abdul Aziz Ahmad, menyampaikan kehormatannya dapat menyumbangkan “mutiara” ini ke dalam Daftar Warisan Dunia.

Penunjukan ini merupakan pengakuan atas perpaduan warisan budaya berwujud dan tak berwujud, yang menggarisbawahi keunikan Jogjakarta dan signifikansi globalnya.

Dian Lakshmi Pratiwi, Kepala Dinas Kebudayaan DIY, menegaskan, tujuan utama penunjukan ini bukan semata-mata untuk mendapatkan gengsi, melainkan untuk melestarikan dan berbagi kekayaan warisan budaya yang menjadi identitas Jogjakarta.

Pengakuan ini memperluas tanggung jawab untuk melestarikan Sumbu Filsafat dari tugas nasional menjadi tugas global, dengan mematuhi standar internasional.

Sumbu Filsafat Jogjakarta, yang sekarang diberi nama lengkap Poros Kosmologis Jogjakarta dan Bangunan Bersejarahnya, mendapat tempat dalam Daftar Warisan Dunia UNESCO karena signifikansi universalnya.

Konsep tata ruang yang digagas oleh Raja Pertama Kesultanan Ngayogyakarta Hadiningrat pada abad ke-18 merupakan bukti konsepsi tata ruang masyarakat Jawa.

Sumbu jalan lurus yang membentang dari Panggung Krapyak di selatan hingga Tugu Jogjakarta di utara ini bukan sekedar bangunan fisik melainkan simbol kekayaan budaya, seni, dan filosofi kawasan tersebut.

Di sekitar Sumbu ini, berbagai tradisi dan praktik budaya Jawa terus berkembang, meliputi pemerintahan, hukum adat, seni, sastra, festival, dan ritual.

Tradisi yang masih hidup ini merupakan pertunjukan yang dinamis dari peradaban Jawa dan tradisi budayanya yang abadi.

Sebelum dinominasikan dan ditetapkan sebagai situs warisan dunia, Sumbu Filsafat Jogjakarta menjalani proses seleksi yang ketat.

Komisi Warisan Dunia UNESCO, yang didirikan pada tahun 1972, bertujuan untuk membina kerja sama internasional dalam melestarikan situs warisan budaya dan alam yang memiliki nilai universal yang luar biasa.

Baca juga: Gema Sejarah di Istana Kepresidenan Jogyakarta

Dengan sebutan tersebut, Indonesia kini dengan bangga membanggakan lima warisan budaya dunia, antara lain Candi Borobudur, Candi Prambanan, Situs Sangiran, Subak Bali, Tambang Batu Bara Ombilin Sawahlunto, dan yang terbaru adalah Sumbu Filsafat Jogjakarta.

Pencapaian ini merupakan perayaan atas keberagaman budaya Indonesia dan komitmennya dalam melestarikan kekayaan warisan budayanya untuk generasi mendatang.

Leave a Reply

Your email address will not be published.