Organisasi Riset Elektronika dan Informatika-BRIN dan RWIN Development telah memulai kolaborasi inovatif untuk mendefinisikan kembali motor bagi penyandang disabilitas.
Inti dari inisiatif ini adalah desain prototipe sepeda motor roda tiga, sebuah harapan dan inovasi bagi banyak orang.
Dipresentasikan pada Indonesia Electric Motor Show (IEMS) 2023 di Bogor, Jawa Barat, prototipe ini lebih dari sekedar kendaraan; ini adalah bukti kecerdikan dan empati manusia.
Baca: Mahasiswa Universitas Brawijaya Temukan Obat Sakit Gigi dari Kulit Buah
Yang menonjol dari motor ini adalah sifatnya yang convertible, dengan desain depan beroda dua, mirip Yamaha Tricity.
Pilihan desain ini bukan sekedar estetika tetapi merupakan langkah strategis untuk meningkatkan stabilitas dan keselamatan pengendaranya.
Fondasi prototipe terletak pada Yamaha Mio GT, yang diubah menjadi penggerak roda belakang, keajaiban roda tiga.
Kolaborasi ini menjadikan BRIN fokus pada pengembangan motor listrik dan dinamo, sedangkan RWIN Development secara inovatif merancang mekanisme suspensi depan.
Arifin Nur dari Pusat Penelitian Mekatronika Cerdas BRIN memaparkan keputusan memilih model listrik.
Mesin bensin tradisional, meskipun merupakan hal yang lumrah, menimbulkan tantangan bagi penyandang disabilitas, terutama dalam hal pengisian bahan bakar dan pemeliharaan.
Sepeda motor listrik mengatasi masalah ini, menawarkan solusi yang lebih ringkas dan ramah pengguna.
Arifin juga menyoroti sistem plug-and-play pada sepeda motor tersebut sehingga pemasangan komponen penting seperti dinamo, aki, dan pengontrol dapat dilakukan dengan mudah dan praktis.
Pendekatan yang berpusat pada pengguna ini menggarisbawahi komitmen proyek terhadap aksesibilitas dan kemudahan penggunaan.
Keputusan untuk menggunakan dua ban di depan melampaui estetika modern. Ini adalah pilihan fungsional, berakar pada sistem kerja unik suspensi depan dua roda, yang membedakannya dari belakang.
Desain ini terinspirasi dari Yamaha Tricity yang menggunakan sistem Leaning Multi Wheel (LMW), yaitu mekanisme yang menyelaraskan kedua roda depan agar bergerak selaras dengan ayunan sepeda.
Menariknya, prototipe ini memiliki perbedaan dalam sistem suspensinya, memilih tipe MacPherson daripada LMW.
Pilihan ini tidak hanya berkontribusi pada stabilitas motor tetapi juga memberikan tampilan yang kokoh dan berwibawa, mengingatkan pada Can-Am Spyder.
Usaha ini adalah contoh cemerlang tentang bagaimana teknologi dan empati dapat digabungkan untuk menciptakan solusi yang mengangkat dan memberdayakan.
Hal ini bukan hanya sekedar menyediakan sarana transportasi namun juga meningkatkan kualitas hidup bagi mereka yang sering menghadapi tantangan mobilitas.
Sepeda motor roda tiga berdiri sebagai simbol inklusivitas, menunjukkan bagaimana inovasi dapat mewujudkan masyarakat yang lebih mudah diakses dan adil.
Baca juga: MyoMES Indonesia Merevolusi Deteksi Kekuatan Otot
Saat kita menatap masa depan dimana kebutuhan mobilitas setiap orang terpenuhi, proyek seperti ini membuka jalan, menunjukkan kepada kita potensi luar biasa dari inovasi kolaboratif.
Ini adalah perjalanan menuju dunia yang lebih inklusif, dunia di mana disabilitas tidak membatasi kemampuan seseorang untuk bereksplorasi, mengalami, dan menikmati kebebasan bergerak.
Sepeda motor roda tiga bukan sekedar kendaraan; tapi juga merupakan kendaraan menuju perubahan.