/

Menjelajahi Kebun Raya Eka Karya

sumber: Wikipedia

Di tengah dataran tinggi Bedugul yang tenang, Bali, yang terkenal dengan iklimnya yang sejuk dan pemandangan yang indah, terdapat sebuah harta karun yang jarang digembar-gemborkan: Kebun Raya Eka Karya.

Meskipun Pura Ulun Danu Beratan mungkin menjadi tujuan utama wisatawan, oasis hijau yang luas ini, di bawah pengelolaan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), menawarkan perpaduan unik dengan keanekaragaman flora di pulau tersebut.

Kebun Raya Eka Karya, lahir melalui visi kolaborasi Kusnoto Setyodiwiryo dan I Made Taman pada tahun 1959, telah berkembang dari usaha sederhana seluas 50 hektar menjadi cagar alam seluas 157,5 hektar, yang merupakan kebun raya terbesar di Indonesia.

Baca: Desa Sidemen, Bali: Perpaduan Sempurna antara Alam dan Budaya

Hanya berjarak berkendara singkat dari Denpasar atau Singaraja, tempat ini berfungsi sebagai lambang kebanggaan nasional dan merupakan konservatori bagi tanaman pegunungan tropis, khususnya tanaman gymnospermae asli Indonesia Timur.

Di luar pencapaian konservasionisnya, Kebun Raya ini adalah museum hidup. Setiap bagian tematik terungkap seperti sebuah bab dalam antologi botani.

Hutan Rasamala, misalnya, adalah penjaga sejarah yang sunyi, dengan pohon-pohon Ficus yang menjaganya selama lebih dari satu abad.

Di sini, pengunjung bisa menyusuri koridor rindang yang diselimuti bisikan masa lalu.

Taman tematik merupakan bukti kekayaan ekologi dan budaya wilayah tersebut. Taman Usada mendidik pengunjung tentang tanaman obat tradisional, menampung sekitar 300 spesies tanaman di lahan seluas 1.600 meter persegi.

Di dekatnya, Taman Rhododendron penuh dengan warna dan keharuman, memamerkan spesies eksotik dan hibrida dari seluruh dunia.

Pasti kamu akan terpukau dengan panorama Taman Surya Nirwana dengan latar amphitheaternya, yang seringkali menjadi panggung budaya dengan latar belakang Danau Beratan dan Bukit Pengelengan.

Di sinilah misi Kebun Raya menyatu dengan dunia seni Bali yang dinamis, menumbuhkan apresiasi holistik terhadap karunia alam.

Bagi peminat yang memiliki preferensi botani tertentu, terdapat sudut di Eka Karya untuk memanjakan setiap minat.

Penggemar pakis akan bersenang-senang di Cyathea Park, rumah bagi lebih dari 80 spesies pakis.

Bamboo Park membanggakan koleksi bambu lokal dan endemik, menambah tekstur unik pada lanskap taman.

Sementara itu, rumah kaca yang didedikasikan untuk kaktus dan begonia menyoroti adaptasi dan keanekaragaman, menampilkan tanaman yang menentang stereotip tropis.

Kebun Raya Eka Karya bukan sekadar surga konservasi tanaman, namun juga tempat tumbuh suburnya unsur budaya.

Taman Panca Yadnya, misalnya, menampilkan tanaman yang penting dalam upacara Hindu Bali, yang menghubungkan tradisi spiritual dengan kesadaran lingkungan.

Saat kamu berjalan-jalan di sepanjang Ramayana Boulevard, yang dipenuhi patung-patung megah, terlihat jelas bahwa tempat ini lebih dari sekadar kebun raya.

Ini adalah narasi warisan ekologi Indonesia, sebuah kisah yang diceritakan melalui jalan setapak yang hijau dan lengkungan yang bermekaran.

Baca juga: Bali Melampaui Paris, London, dan Roma sebagai Destinasi Terpopuler Kedua

Dengan biaya masuk yang terjangkau, pengunjung disambut ke surga botani ini setiap hari, dengan jam kerja tambahan pada akhir pekan dan hari libur.

Kebun Raya Eka Karya adalah tujuan penting bagi mereka yang ingin menikmati keindahan alam dan budaya Bali, menawarkan lebih dari sekadar suguhan visual – ini adalah pendidikan dan pengalaman.

4 Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published.