/

Gereja Santa Maria De Fatima: Perpaduan Iman dan Budaya di Jakarta

Sumber: Travel Kompas

Di jantung kota Glodok, Kecamatan Taman Sari, Jakarta Barat, berdiri sebuah bangunan khas yang memadukan indahnya iman Katolik dengan kemegahan arsitektur Tiongkok – Gereja Santa Maria De Fatima.

Desainnya yang menawan, dengan warna merah dan emas yang cerah, dapat dengan mudah membuat orang salah mengira kuil ini sebagai kuil Konfusianisme.

Patung singa menghiasi pintu masuk, pose megahnya melambangkan kemegahan dan menonjolkan esensi budaya Tiongkok yang kuat dari gereja.

Baca: 7 Tempat Wisata Wajib Dijelajahi di Jakarta

Bahkan patung Yesus, seperti yang ditunjukkan oleh pemandu Wisata Eksplorasi Gereja Kuno, Ira, memiliki mata sipit yang halus, menunjukkan pengaruh unik Asia Timur.

Di dalam, setiap sudut dan celah mulai dari ukiran kayu yang rumit hingga mimbar dan dekorasi yang penuh hiasan mencerminkan kekayaan nuansa seni Tiongkok, khususnya menyalurkan gaya tradisional Fukien atau Tiongkok Selatan.

Akar dari gereja yang menakjubkan ini berasal dari usaha yang mulia.

Awalnya dirancang sebagai sekolah dan asrama bagi masyarakat Hoakiau, pendatang dari Tiongkok di Glodok, peletakan dasar gereja dilakukan di bawah pengawasan Vikaris Apostolik Jakarta, Mgr. Andrianus Djajasepoetra SJ dan Pastor Wilhelmus Krause Van Eeden SJ.

Pada tahun 1953, sebidang tanah seluas satu hektar diperoleh untuk mendirikan kompleks gereja dan sekolah ini.

Sejarah tanah tersebut juga tak kalah menarik, karena pernah dimiliki oleh seorang kepala desa keturunan Tionghoa pada masa penjajahan Belanda.

Selama bertahun-tahun, ketika pintunya dibuka untuk jamaah, jamaah Santa Maria De Fatima membengkak.

Aula sucinya, yang dipenuhi dengan doa, dapat menampung sekitar 600 jiwa selama kebaktian.

Pada tahun 1970, terjadi transisi yang signifikan. Penatalayanan gereja berpindah dari Jesuit Society ke Xaverian Society, dengan Pastor Pietro Grappoli S.X sebagai pemimpinnya.

Namun karena masalah kesehatan, Pastor Pietro digantikan oleh Pastor Otello Pancani S.X, yang menandai babak baru perbaikan.

Dari lantai hingga langit-langit, restorasi signifikan memberikan kehidupan baru ke dalam struktur suci ini.

Saat ini, gereja tidak hanya berdiri sebagai tempat ibadah tetapi juga sebagai bukti perpaduan harmonis dua budaya yang berbeda.

Sebelum pandemi, mereka dengan bangga mengadakan kebaktian dalam bahasa Mandarin, terutama pada hari Minggu, untuk melayani jemaat yang beragam budaya.

Meskipun kebaktian khusus ini dihentikan sementara karena Covid-19, gereja tetap aktif, dengan misa harian yang menggema di dinding sucinya.

Baca juga: Nikmati Jakarta Selatan Dengan Murah Meriah

Gereja Santa Maria De Fatima lebih dari sekedar bangunan. Ini adalah simbol harmoni budaya, sebuah bukti bagaimana dua dunia berbeda dapat bersatu di bawah satu atap, diikat oleh keyakinan dan saling menghormati.

Ketika seseorang berdiri di depan fasadnya yang penuh hiasan, ini adalah pengingat bahwa, bahkan di kota metropolitan Jakarta yang luas, kisah-kisah persatuan dan warisan menanti di setiap sudut.

4 Comments

  1. Howdy! This article couldn’t be written much better!
    Going through this post reminds me of my previous roommate!
    He continually kept talking about this. I’ll send this post to him.
    Pretty sure he’s going to have a very good read.

    Thank you for sharing!

Leave a Reply

Your email address will not be published.