Kisah Renata Aryanti, Sastia Prama Putri, Shinta Hernandez, dan Rachel Stephanie merupakan kisah inspiratif tentang kerja keras, dedikasi, dan semangat. Masing-masing perempuan ini telah mengejar impiannya, mengatasi tantangan, dan memberikan kontribusi yang signifikan di bidangnya masing-masing. Mereka menginspirasi kita untuk mengejar hasrat kita, mendobrak penghalang, dan membuat dampak positif di dunia.
Renata Aryanti
Renata, mantan direktur di raksasa media sosial yang tiba di Amerika Serikat pada tahun 2004 untuk melanjutkan studinya di bidang teknologi, berkarir di Yahoo, kemudian melanjutkan studi masternya, hingga sukses berkarir di Facebook (sekarang Meta), telah mengalihkan fokusnya dari teknologi ke seni. Selama pandemi, dia mengambil kesempatan untuk merenungkan apa yang ingin dia lakukan dalam hidupnya dan memutuskan untuk lebih hadir dalam kehidupan anak-anaknya sambil menciptakan lebih banyak seni dan musik. Renata senang bereksperimen dengan berbagai media dan lebih menyukai proses artistik yang spontan, mengekspresikan dirinya melalui karya-karya abstrak. Dia juga menghargai komunitas seniman yang terhubung dengannya, berkolaborasi dan belajar dari seniman perempuan lainnya. Impian Renata adalah bisa menampilkan karya seninya di Indonesia, tanah airnya, khususnya di lobby Istana Negara.
Sastia Prama Putri
Perjalanan karir Sastia Prama Putri yang menginspirasi di bidang bioteknologi adalah kisah tentang kerja keras dan tekad. Kecintaannya pada sains dimulai sejak usia dini, dengan pemberian ayahnya berupa buku-buku tentang astronomi. Setelah menyelesaikan program pelatihan penelitian bioteknologi dan mendapatkan gelar master dan doktoral dengan sponsor penuh dari pemerintah Jepang, Sastia menetap di Osaka untuk mengejar karirnya. Penelitiannya berfokus pada metabolomik, dan dia serta timnya telah memberikan kontribusi yang signifikan bagi pengembangan kualitas pangan Indonesia. Dedikasi Sastia terhadap pekerjaannya juga membuahkan pelatihan enam dokter wanita Indonesia di bidang metabolomik. Sebagai seorang ilmuwan wanita, Sastia mengakui tantangan untuk mencapai pengakuan di dunia akademik, tetapi dia bertekad untuk berhasil dengan kemampuannya sendiri.
Shinta Hernandez
Shinta Hernandez, Dekan Kampus Virtual di Montgomery College, Maryland, Amerika Serikat, adalah contoh nyata dalam mewujudkan impian Anda. Tumbuh dewasa, dia selalu ingin menjadi seorang guru, dan hari ini, dia memenuhi impian itu dengan menyediakan ruang virtual yang komprehensif bagi siswa untuk mengakses pendidikan, perpustakaan virtual, pusat studi, bimbingan belajar, dan pelatihan kerja. Perjalanan Shinta bukan tanpa tantangan, termasuk stereotipe perempuan Asia yang penurut dan tidak mampu menjadi pemimpin. Tapi dia telah bekerja keras untuk mendobrak penghalang itu dan membuka jalan bagi orang lain untuk mengikuti jejaknya. Semangatnya untuk pendidikan dan dedikasinya kepada murid-muridnya menjadi inspirasi bagi semua orang yang bermimpi untuk membuat perbedaan di dunia.
Rahel Stephanie
Kecintaan Rachel Stephanie terhadap masakan dan budaya Indonesia membawanya untuk mendirikan Spoons, sebuah klub makan malam dengan format pop-up di London pada tahun 2019. Melalui Spoons, dia tidak hanya bertujuan untuk merayakan kekayaan masakan Indonesia tetapi juga untuk mengatasi kesalahan persepsi dan kurangnya representasi kuliner Indonesia di kota tersebut. Sebagai koki, Rachel berkreasi dengan menunya, secara eksklusif menggunakan sayuran dan produk nabati Indonesia. Ia juga berharap dapat mengangkat identitas tempe yang sering dianggap sebagai “makanan super” di Eropa, tetapi di Indonesia menjadi sumber protein bagi mereka yang tidak mampu membeli protein hewani. Bagi Rachel, tanah airnya adalah sumber kebahagiaan dan inspirasi, dan dia berharap dapat membagikannya melalui kreasi kulinernya di London.
trap bass