/

Mengenal Narcissitic Personality Disorder (NPD)

Dalam pencarian kita akan self-awareness, banyak dari kita mungkin menunjukkan ciri-ciri yang sesuai dengan Narcissistic Personality Disorder (NPD).

Kita mungkin sesekali menjadi pusat perhatian, bersikap egois, atau percaya bahwa kita adalah orang yang suka berpesta.

Hal ini terutama berlaku pada masa remaja yang penuh gejolak, di mana kecenderungan seperti itu merupakan bagian integral dari perjalanan penemuan jati diri.

Baca: Kekuatan Pernapasan Sadar untuk Mengurangi Stres dan Kecemasan

Namun, meskipun bagi sebagian besar karakteristik ini hanya sesaat, karakteristik tersebut tertanam kuat dalam kehidupan seseorang dengan NPD.

NPD ditandai dengan keasyikan ekstrim terhadap kebutuhan diri sendiri dan ketidakpedulian terhadap kebutuhan orang lain.

Menurut Dr. Srinivas Dannaram, seorang ahli di bidangnya, individu dengan kondisi ini sering kali memiliki harga diri yang tinggi, sering kali menuruti fantasi muluk tentang kecemerlangan atau kecantikan mereka.

Orang-orang ini menganggap diri mereka elit dan menuntut kekaguman dan hak agar sejalan dengan status tinggi yang mereka anggap.

Subtipe gangguan ini yang sulit dipahami, yang dikenal sebagai “narsisme rentan”, dapat bermanifestasi sebagai sikap defensif dan hipersensitivitas.

Dengan penelitian yang menunjukkan bahwa 6,2% populasi AS mungkin menderita NPD pada suatu saat, topik ini layak untuk diselidiki.

Hubungan mereka penuh gejolak; rasa superioritas mereka sering kali bertentangan dengan norma-norma masyarakat, sehingga membuat mereka mengeksploitasi hubungan dekat dan bereaksi keras terhadap kritik.

Di balik kedok kepercayaan diri mereka, mereka bergulat dengan rasa tidak aman yang mengakar yang dapat memicu kecemasan, depresi, dan bahkan penyalahgunaan narkoba.

Menariknya, narsisme lebih dominan di kalangan laki-laki dan mungkin memiliki dasar genetik.

Tanda-tanda awal dapat dilihat dari perilaku masa kanak-kanak, seperti regulasi emosi yang buruk, agresi, atau ego yang tidak stabil.

Pengalaman masa kecil, baik penolakan atau sanjungan berlebihan, juga bisa menjadi awal terjadinya NPD.

Meskipun terdapat prevalensi NPD, pengobatan masih merupakan tantangan. Dannaram, banyak penderita gangguan ini tidak menyadari dampak perilaku mereka, sehingga intervensi terapeutik menjadi tantangan.

Oleh karena itu, bagi mereka yang berpapasan dengan seorang narsisis, penting untuk menyusun strategi untuk menjaga hubungan harmonis.

Dr Dannaram menawarkan beberapa wawasan dalam mengelola interaksi dengan orang narsisis.

Dia menyarankan untuk menjaga percakapan tetap fokus dan tanpa reaksi emosional, karena hal ini memicu keinginan orang narsisis untuk mendapatkan perhatian.

Baca juga: 5 Cara Belajar Mencintai Diri Sendiri – Self Love

Masukan yang konstruktif adalah kuncinya, dan sangat penting untuk menetapkan batasan yang jelas dalam semua interaksi.

Bagi mereka yang memiliki hubungan emosional dengan seorang narsisis, perawatan diri adalah hal yang terpenting.

Dampak emosionalnya bisa sangat besar, menyebabkan kecemasan, keraguan diri, dan bahkan depresi.

Meskipun NPD adalah kondisi yang tersebar luas dengan tantangan yang beragam, memahami perbedaannya adalah langkah pertama untuk menavigasi hubungan yang terkena dampaknya.

Bantuan profesional dapat sangat berharga bagi mereka yang menderita gangguan ini dan orang-orang terdekatnya.

2 Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published.