/

Manusia Berkualitas Legenda

Dengan mundurnya Gus Miftah sebagai staff khusus Presiden, mungkin ada pelajaran untuk kita semua yang bisa dipetik. Saya melihat kasus ini dari sisi seorang perempuan Indonesia, yang cinta negaranya, yang cinta Ibunya, saudara-saudarinya, yang menghargai dan mengasihi Ayahnya.

Untuk saya secara personal, seorang laki-laki yang menunjukkan kemaskulinan tertinggi justru yang punya tutur kata halus, santun, dan bijak. Sejatinya seorang pria tidak dinilai dari seberapa mampunya ia berlaku kasar, keras, ataupun membuli atas nama: cowok emang gitu, kalo gak keras nanti jadi banci. Sudah saatnya pengajaran dan pemikiran seperti ini untuk dibuang, karena akhirnya hanya akan menghasilkan toxic masculinity, dan kelakuan tidak intelek yang mengganggu.

Seorang pria sejati tidak perlu setiap hari nonjok orang supaya terlihat maskulin. Supaya terlihat tidak takut akan apapun. Justru, kekuatan tertinggi adalah saat seseorang bisa menjaga cara bicara yang halus namun tegas. Tetap berkelas. Tidak pantas jika seorang pria mengucap kata hinaan seperti ‘lonte’ ‘jelek’ atau ‘layu’ kepada seorang wanita yang dituakan. Ataupun dengan kasar menggoyang kepala seorang wanita yang adalah istrinya dengan dalih ‘gemas’. Apa iya bercanda harus menyakiti? Apa iya cara menghormati harus dengan menancapkan sebuah duri dalam hati orang lain?

Pria yang adalah pemimpin, harusnya bukan ingin ditakuti supaya manusia lain nurut akan keinginannya, tapi bimbinglah mereka dengan contoh, bahwa hidupnya mencerminkan kebaikan, wibawa, welas asih dan akal yang sehat.

Sebagai anggota masyarakat, mengolok orang yang secara status sosial dianggap lebih rendah juga bukan hal yang membanggakan. Banyaknya yang tertawa baik pria maupun wanita di video yang viral itu justru bikin saya bertanya-tanya: Apakah Indonesia sedang krisis manusia berkualitas? Bercandaan sexist, merendahkan orang lain jadi hal yang lucu, bagaimana ceritanya kita umat manusia bisa sampai di sini? Harusnya itu semua adalah hal yang menjijikkan bukan dinormalkan.

Jadi harus bagaimana supaya bisa menjadi manusia berkualitas? Baik lelaki atau perempuan, hal ini hanya bisa dicapai dengan membangkitkan kesadaran diri. Sadar di bagian value atau nilai kita sebagai manusia yang sebenarnya tinggi, sadar soal kepantasan, sadar ada trauma apa dalam diri kita sehingga kita berlaku sebagaimana kita berlaku, dan sadar bagaimana menyembuhkan diri dari trauma tadi. Lalu, sadar juga, bahwa niat dasar dari tiap kelakuan kita harus datang dari cinta, bukan rasa takut. Namun semua ini perlu proses yang tidak sebentar. Sampai pada akhir kita tutup usia pun, kita akan terus belajar bagaimana mencintai diri itu sangatlah penting dalam menentukkan keberhasilan yang tidak semu. Keberhasilan yang tidak akan kita sabotase dengan tutur yang tidak berkenan untuk orang lain, dengan kelakuan yang tidak pantas, melainkan keberhasilan yang hakiki, utuh di dalam hati, menyatu bersama raga, dan selamanya menjadi legenda soal diri kita saat bermukim di dunia.

Cheryl Marella

Founder Good Shot ID
Managing Editor Tatler Indonesia

Leave a Reply

Your email address will not be published.