RASA Show: Cinta Orangutan Bareng Kaemita Boediono

RASA Show Eps. 06 X Kaemita Boediono
TV Presenter, Orangutan Warrior, Awareness Campaigner BOS Foundation

Episode kali ini, RASA SHOW ngobrol bareng aktivis lingkungan yang berperan sebagai salah satu Awareness Campaigner di BOS Foundation, NGO asli Indonesia yang mengkhususkan kegiatannya dalam pelepasliaran orangutan; Kaemita Boediono.

Kayak apa interviewnya? Let’s check it out!

RASA Show (RS): Siapa yang ajak gabung di project ini awalnya?

Kaemita (K): Namanya Klaus. Dia yang ajak aku pertama kali gabung untuk project bareng Blue Bird Group, kerjasama dengan BOSF, mereka mendanai 50 orangutan untuk dilepasliarkan kembali ke hutan. Waktu itu mungkin mau cari icon kali yah, seperti ada Rico Kyle, terus mungkin perlu cewek nih satu lagi. Aku tuh kayak sampe sekarang ngerasa beruntung karena diajak, dipilih. Aku pikir perjalanannya akan santai, ternyata tuh enggak. Harus tes kesehatan yang super duper lengkap, di interview dulu, nggak sembarang orang bisa join.

RS: BOSF itu apa?

K: BOSF itu Borneo Orangutan Survivor Foundation. Ini adalah NGO asli Indonesia yang punya kaki-kaki di beberapa Negara, untuk membantu mencari dana, karena memang mengelola pusat rehabilitasi itu bukan hal yang murah dan mudah, butuh dana yang besar, dan memang nggak dipungkiri juga pemerintah kan nggak bisa 100% support dengan pendanaan dan lain-lain. Jadi BOSF itu merupakan pusat rehabilitasi untuk menyelamatkan kelestarian orangutan, wilayah kerjanya di Kalimantan Tengah dan Timur.

RS: Berarti habis test dan sebagainya langsung terjun ke Kalimantan ya?

K: Waktu itu perjalanannya ke Kalimantan Tengah. Ada Sophia Latjuba juga, berlima or berenam gitu lah kalau yang dari Blue Bird-nya. Dari awal sudah diwanti-wanti sama Bang Martin (BOSF), dinikmatin aja perjalanannya, apalagi buat aku sama Rico Kyle yang anak kota gitu kan, kayak, “Ah ini jalan-jalan aja nih”, tapi ternyata, apa yang dulu pernah diomongin sama bang Martin pas awal ketemu, “Mungkin suatu saat ketika kalian dalam perjalanan, kalian bisa nemuin orangutan yang captured your heart”, aku yang, “masa sih…”, eh ternyata di perjalanan itu aku ngerasain hal itu. Yang dibilang bang Martin dan Kak Riana yang aku pikir lebay banget eh pas aku ngalemin, akupun se-lebay itu!

Perjalanannya nggak mudah, aku salut banget sama orang-orang yang kerja di BOSF, obstacle-nya banyak banget. Kita udah yang pasrah sama semesta aja lah…

RS: Memangnya berat banget?

K: Medannya berat, terus kita nggak akan pernah tau gimana alam bisa berubah-ubah, walaupun sudah ada data sebelumnya, kan kita harus survey juga, cek BMKG dan sebagainya sebelum berangkat. Setelah selesai pelepasliaran, kita nginap di flying camp, ini tempat sementara buat para PRM (Post Release Monitor) yang akan memonitor orangutan yang sudah dilepaskan. Nah karena di tengah hutan, jangan berharap hotel ya, losmen pun nggak. Tapi buat anak kota yang baru pertama kali, nyaman banget sih tidur di tenda, dengan tempat tidur dari bambu yang ditengahnya dikasih kayak karung tepung terigu gitu.

RS: Ada background Jejak Petualang or semacam itu? Pas interview ditanyain apa aja?

K: Oh, cuma ngobrol aja sih… karena mereka kan juga harus tau, aku concern-nya apa, kenapa aku mau join, karena nggak semua orang bisa bergabung dalam project ini, kadang kan ada yang cuman buat pencitraan, jadi cuman sekedar ngejalanin aja, tapi kalau aku memang senang binatang, jadi ngerasa kayak dream comes true. Karena cita-cita aku waktu kecil itu pengen banget kerja di pusat rehabilitasi pokoknya entah apa lah di Afrika. Jadi beneran kesampean walau nggak kerja full tapi bisa ngerasain kayak apa kerja di pusat rehabilitasi, pekerjaan mereka seperti apa, getting to know more, menyenangkan aja sih…

RS: Kesan-kesan pas ketemu orangutan yang pertama, kayak gimana?

K: Waktu itu di Nyaru Menteng, pertamanya sih norak gitu kan yang WOW banget… you’re so cute, poor baby dan sebagainya. Habis itu kita diajak ke Nyaru Menteng 2, nah disitulah cerita-cerita tentang orangutan yang kayaknya pas kita liat awalnya lucu, ternyata Bang Martin hafal seluruh kisah rescued dari orangutan yang ada di sana. Tiba-tiba aku noleh ke satu titik dan ada satu muka besar yang lagi ngeliatin dari kandangnya, terus aku nangis.

Rasanya kayak sakit hati, sedih, patah hati banget dan nangisnya yang nggak bisa ditahan. Padahal nggak semuanya sad story. Aku jalan ke titik itu masih sambil nangis, terus Bang Martin tepuk pundakku dan bilang, “Tenang ya Kae, nanti kalau kau sudah tenang, kau susul kami”. Rasanya tuh kayak baru dua menit lalu dia ngomong gitu, tapi setelah aku tenang dan berusaha susul mereka, tempat itu ternyata gede banget. So it was like I’m drowning in to the scene. Akhirnya pas ketemu lagi, bang Martin bilang, “Inget nggak waktu kubilang mungkin dalam perjalanan akan ada orangutan yang captured your heart? Nah, that’s the moment”.

Orangutan itu adalah Caesar.

RS: Yang akhirnya sering kamu posting di instagram ya… Apa statusnya satu orang fokus dengan satu orangutan atau gimana?

K: Kita menyuarakan seluruh kegiatannya sih, jadi nggak fokus satu aja. Kalau Caesar jadi lebih special buat aku karena memang dia captured my heart gitu kan, terus aku bisa memenuhi janji aku karena dia waktu itu kebetulan udah 28 tahun di kandang, terus aku bilang sama dia waktu perjalan pertama itu, pas udah mau pulang ditanya mau apa last day-nya? Aku bilang, “Boleh nggak aku ke kandangnya Caesar lagi, mau pamit”. Nah disitu baru berani duduk, walaupun ada jarak yang harus dipatuhi, dan dia sebesar itu, kata teknisinya yang biasa pegang dia, dia nggak pernah gitu sama orang. Aku pikir apa karena aku perempuan, dan dia jantan, ternyata kata teknisinya kalau orangutan dengan reaksi seperti ini, mereka anggap orang itu baik sama dia.

RS: So it was like capturing each other’s heart gitu ya… Terus, selain itu ada moment-moment apa sama Caesar?

K: Jadi waktu aku mau pulang, aku bilang sama Caesar, “Aku pulang dulu ya ke Jakarta, aku harus kerja. Aku cari uang dulu, nanti kalau uangnya udah kekumpul, aku mau bayar pelepasliaran kamu”. Jadi itu janji dari aku buat dia kan.  Tapi aku tau kalau dia sudah nggak punya kemampuan untuk hidup liar. Jadi memang disana banyak banget orangutan yang sudah nggak punya kemampuan itu. Entah dulunya dipelihara manusia, ya mereka nggak ngerti cara hidup di alam liar, sudah terlanjur bergantung sama manusia, kayak Caesar. Dia di rescued saat umur 10 tahun sama BOSF, terus 18 tahun di kandang menanti tempat untuk dilepas. Tapi nggak bisa dilepas di hutan, jadi ada space khusus untuk mereka yang disebut Sanctuary Island, kayak alam buatan, agak jauh sedikit dari Nyaru Menteng 2, tempatnya secluded dan seperti pulau-pulau gitu. Kayak Caesar sekarang tinggal di pulau, namanya Pulau Badak Kecil.

RS: Sudah milik BOSF sendiri kan? Nggak akan diganggu sama intruders…

K: Iya, jadi Sanctuary Island ini ada yang bekerjasama dengan beberapa perusahaan, ada juga yang BOSF miliki sendiri.

RS: Di rescue nya dari mana aja ya orangutan-orangutan ini?

K: Banyak sih… ada yang dari Dubai, namanya Taimur… well, kita manggilnya Timur sih sebenernya tapi mungkin karena bule jadi ngomongnya Taimur hahahaa… dia di rescue ketika ada mobil diberhentikan sama polisi karena nyetirnya ugal-ugalan, ternyata itu drugs dealer dan di bangku belakang ada si Taimur. Jadi waktu itu kerjasama dengan pemerintah untuk memulangkan Taimur ya akhirnya bisa pulang.

RS: Apa peran serta yang bisa kita lakukan? Apakah ini beneran exclusive project, atau kita bisa involved dengan project-project semacam ini?

K: Sebetulnya banyak program dari BOSF yang bisa melibatkan masyarakat. Misalnya menjadi orangtua asuh, jadi kayak semacam adopsi diantara banyak kandidat itu, 3 bulan atau setahun kamu mendanai sejumlah uang untuk biaya perawatan, nanti kamu akan dikirimi report. Atau yang paling simple buat kita adalah dengan follow instagram @bosfoundation dan repost cerita mereka tentang misalnya pentingnya hutan bersih, atau kenapa orangutan nggak boleh jadi hewan peliharaan, dan sebagainya. Dengan kita repost aja it helps lho, teman-teman kita yang tadinya nggak tau jadi tau dengan baca postingan kita. Se-simple itupun bisa, jadi banyak hal yang bisa kita lakukan juga untuk nolong mereka.

RS: (Tisa) Istilahnya raising awareness ya… banyak hal-hal di sekitar yang butuh perhatian kita juga. Aku tertarik juga dengan cerita Kae pas interview tadi, bahwa memang yang namanya seleksi alam itu ada ya, nggak semua orang bisa ngerasain orangutan yang captured your heart. You are one of million people in Indonesia yang dapet kesempatan itu. Kayak blessed banget ya!

K: Yes! Pas dapat tawaran itu langsung mau, nggak mikir dua kali. Terus kalo dulu awalnya cuman tau orangutan hewan asli Indonesia and that’s it. Kalo sekarang jadi lebih tau lagi kenapa kita harus perduli sama kelestarian hutan, dan jadi ngerasa punya kewajiban untuk ngasih tau ke teman-teman. Dan aku setiap pelepasliaran orangutan aku tuh kayak ngerasa, aku Kaemita yang sekecil ini diantara semesta yang luas banget, ternyata bisa punya kontribusi kecil buat kelanjutan kehidupan orangutan ini, nanti juga buat hutannya, terus buat orang-orang di seluruh dunia ketika orangutan ini bikin hutannya lebih sehat.

RS: So insight-insight apa nih yang perlu kita tau yang memang this is important (karena kita nggak pernah terjun langsung kesana)?

K: Kita perlu hutan karena hutan menciptakan iklim yang seimbang. Jadi kalau orang sibuk ngomongin pemanasan global dan lain-lain, terus kita lihat es di kutub cair, sebetulnya memang salah satu kuncinya adalah hutan yang sehat. Karena ketika hutan itu sehat, iklim jadi lebih seimbang, udara jauh lebih segar, memproduksi air lebih baik, sumber makanan dan obat-obatan juga yang terbaik muncul dari hutan. Tapi nggak semua hutan bisa digunakan untuk kepentingan manusia. Masih diperlukan hutan-hutan yang memang diperlukan untuk habitat satwa, orangutan, tumbuhan yang harus kejaga. Karena beneran deh, aku nih kalau habis pulang dari Kalimantan, sampai di Jakarta pasti sakit. Ngehirup udara Jakarta pasti batuk. Sedangkan waktu di Kalimantan, tidur di mobil atau di perahu klotok yang kayu 8 jam gitu I’m fine karena udaranya seger, airnya bersih, semuanya serba seimbang, jadi aku memang kerasa banget sih bedanya dan akhirnya ngerti kalau hutan harus dijaga. Anak kota bisa ngapain? Kalau aku secara pribadi mulai mengurangi penggunaan produk kelapa sawit yang banyak memakan hutan-hutan kita, jadi lebih teliti ngebaca misalnya untuk shampoo atau sabun. Mungkin nggak langsung berubah banyak, tapi kita yang ngerjain sendiri dan konsisten ada afford nya kok.

RS: Peran orangutan sendiri di hutan seperti apa ya?

K: Orangutan itu 97% DNA nya sama kayak manusia. Dan kalau di hutan, dia itu satwa pelindung atau species payung. Jadi ketika orangutan ini terjaga populasinya dengan baik, dia akan membuat hutan jadi lebih sehat, karena memang kehidupan sehari-harinya orangutan itu kayak tukang kebun. Dari cara dia tidur, mereka itu tidur kan nggak di satu rumah aja, tapi menjelajah hutan, nah ketika itu mereka ngebuka tajuk daun yang bener-bener lebat di hutan dan bikin matahari bisa masuk ke dalam dan sampai ke tanah. Terus, mereka bikin sarang sendiri, setiap hari sarang baru, mereka pintar banget tuh milih dahan dan ranting, jadi setiap pohon yang mereka pilih bakal lebih rapi. Lalu mereka juga makan biji-bijian, buah dan bunga, sisanya makan serangga dan madu untuk kebutuhan protein, nah nanti kotorannya akan jadi pupuk dan bikin tanaman baru. Otomatis satwa lainnya akan terjaga kelestariannya dalam rantai makanan.

RS: (Tisa) Gue yakin di semua agama ngajarin kalau semua makhluk hidup tuh hidupnya harus saling menjaga, antara manusia, tumbuhan dan hewan, berarti ini salah satu contohnya ya.

K: Iya bener banget!

RS: Mereka hewan individual atau berkelompok sih?

K: Mereka individualis kecuali induk dan anaknya, bener-bener nempel banget sampe umur 7-8 tahun, pas anaknya udah gede dan udah bisa hidup sendiri. Jadi kalau kalian lihat ada bayi orangutan yang dipelihara manusia dari kecil banget gitu, udah pasti induknya dibunuh. Karena dipisahin, karena induknya ini protektif banget. Kalau yang jantan fungsinya untuk membuahi aja, tapi nggak punya peran kayak singa gitu. Jadi semua yang ngajarin tuh induknya, kemampuan hidup, belajar manjat, mereka walau secara harafiah mahluk yang tinggal di atas pohon, tapi waktu kecil itu nggak otomatis ngerti, “Oh gue harus tinggal di atas pohon”. Harus yang nggak ngajarin induknya.

RS: Ada perang antar suku nggak kayak monyet atau kera?

K: Oh enggak, kalau orangutan ini individualis banget. Yang paling mungkin berantem orangutan jantan yang punya pipi besar kayak Caesar. Kalau ketemu jantan sama jantan bisa berantem. Tapi kalau ketemu orang di hutan, mereka otomatis menjauh, nggak mungkin nyerang. Kecuali mungkin induk betina ketika ada yang mau ganggu atau rebut anaknya, karena dia sangat protektif.

RS: Apakah akan balik lagi ketemu Caesar dan orangutan lainnya?

K: Diharapkan demikian ya… soalnya berhubung lagi pandemic gini, semuanya ditutup. Tempat rehabilitasi jadi jauh lebih ketat lagi untuk orang bisa masuk, termasuk karyawan BOSF sendiri.

RS: Para Awarenes Campaigner ini ada batch-nya nggak sih? Kayak Kae kemarin sama Sophia Latjuba dan Rico Kyle. Apakah nanti akan ada Awareness Campaigner yang baru dan apakah kalian masih akan dilibatkan?

K: Nggak sih, pokoknya siapa yang memang lagi dipilih untuk bertugas aja.

RS: Gimana kesan teman-teman yang lain?

K: Temanku sampe budek karena setelah perjalanan itu aku cerita terus, kayak over excited gitu. Waktu itu teknisinya sempat bilang, “Mbak kasih ini mbak” kayak daun gitu, terus aku kasih ke celah-celah kandang Caesar, terus dia mau makan gitu. Terus abis itu dia keluarin di ujung mulutnya, dia deketin mukanya dan aku ambil lagi daunnya. Padahal harusnya ada jarak aman, tapi karena aku percaya dia nggak bakalan ngapa-ngapain aku, dan dia juga sebaliknya, aku jadi punya moment sampai bisa megang mukanya dia.

RS: Ada moment kayak peluk Caesar atau apa gitu?

K: Oh enggak, karena dia emang gede kan. Tapi pas waktu pelepasan Caesar aku ikut. Di kanan kiri ada teknisinya, terus salah satu teknisi bilang, “Nanti kalau udah, langsung lari ke belakang aja ya mbak”.

Pas dibuka, Caesar langsung lari ke belakang ke arah teknisinya, jadi kita semua pada kabur. Tapi somehow dia kayak denger, “dari tadi ada suara ibu gue nih kayaknya…” Jadi sama dia dibalik-balik kandangnya, setelah dia lihat aku nggak ada, baru deh dia jalan.

Cuma pas kita ninggalin pulau itu, dia manjat pohon yang paling deket sama sungai, terus dia ngeliat aku. Mungkin somehow dia mau bilang terima kasih sudah lepasin dari kandang, walaupun alam buatan tapi at least nggak di kandang.. Itu sih moment perpisahannya yang aku sedih banget.

***

Udara Yarri is currently working as Events & Promotions Manager at The Mulia, Mulia Resort & Villas – Nusa Dua, Bali. His experience in media include broadcaster at Hardrock FM Bali, UFM Jakarta (ex-Femina Group), Show Manager Jakarta Fashion Week (also part of Femina Group), and Marcomm at Fashion TV Indonesia.

Tisa Pattiasina is a Marketing & Public Relation at TS Suites Bali in Seminyak. She was a Guest Personal Officer, and Marketing Promotion at Univ. Pelita Harapan in Surabaya. Besides being a new mother, she also manage an AirBnB property.

Nah yang mau nonton langsung interview mereka bareng Kaemita Boediono, ada disini