//

Program Ban The Big 5 Menolak 5 Jenis Plastik di Bali

Foto: pplhbali.org

Polusi plastik adalah masalah global yang sedang berlangsung yang terus mengganggu lingkungan kita. Dari kemasan makanan hingga kemasan barang, plastik sekali pakai menjadi pilihan populer karena sifatnya yang ringan, mudah dibentuk, tahan air, dan harganya yang terjangkau. Sayangnya, hal ini menyebabkan peningkatan yang mengejutkan dalam limbah plastik sekali pakai, menyebabkan kerusakan yang tidak dapat diperbaiki pada planet kita. Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia mengungkapkan bahwa pada tahun 2020 saja, lautan Indonesia tercemar dengan 1.772,7 gram sampah per meter persegi, dengan negara menghasilkan 6,8 juta ton sampah plastik setiap tahun, menjadikannya yang terbesar kedua. penghasil sampah laut terbesar di dunia.

Aliansi Zero Waste Indonesia telah mengembangkan program yang disebut Ban The Big 5, yang bertujuan untuk menolak lima jenis sampah plastik – kantong, sedotan, sachet, styrofoam, dan microbeads. Tujuan program ini adalah mengubah kebiasaan masyarakat, terutama individu muda, dengan mengurangi timbulan sampah plastik dan memitigasi kerusakan ekosistem laut untuk generasi mendatang.

Sasaran utama program ini adalah siswa SD, SMP, dan SMA di seluruh Indonesia, dengan penekanan khusus di Bali. Rencananya akan dibentuk duta lingkungan bebas plastik di setiap sekolah untuk meningkatkan partisipasi dalam pengurangan timbulan sampah plastik sekali pakai, sejalan dengan Peraturan Gubernur Bali Nomor 97 Tahun 2018 tentang Pembatasan Timbulan Sampah Plastik Sekali Pakai.

Gerakan tersebut menawarkan pendekatan alternatif untuk menghilangkan plastik sekali pakai di lingkungan sekolah melalui metode pendidikan yang seru dan menantang. Sekolah didorong untuk menerapkan peraturan sekolah sehat yang mengecualikan plastik sekali pakai dan mengurangi penggunaan produk tersebut di kantin sekolah. Siswa juga diimbau untuk menggunakan tumbler, kotak makanan, sedotan bambu atau stainless steel, dan tas yang dapat digunakan kembali sebagai pengganti kantong plastik sekali pakai. Selain itu, program ini menekankan untuk mendukung produk ramah lingkungan yang dibuat oleh pengrajin lokal sambil belajar mengembangkan keterampilan tersebut agar tidak punah dan tergantikan oleh plastik.

19 Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published.